Di tengah meningkatnya ketegangan geopolitik global, Indonesia mempercepat pengembangan alat pertahanan dalam negeri. Berbagai jenis senjata mutakhir seperti drone Kamikaze, roket jarak jauh, dan bom pesawat tempur kini diproduksi secara mandiri, tak hanya untuk keperluan domestik tetapi juga ekspor.
Kemandirian Pertahanan Jadi Prioritas
Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pertahanan terus mendorong pengembangan alat pertahanan dan keamanan buatan dalam negeri. Langkah ini diambil sebagai respons terhadap dinamika geopolitik yang semakin tidak menentu dalam beberapa tahun terakhir.
Dalam berbagai laporan sebelumnya, ketegangan antarnegara di kawasan Asia Pasifik telah memicu perlombaan senjata. Indonesia pun tak mau ketinggalan dengan memperkuat kemandirian di sektor pertahanan.
Menurut sumber resmi, produksi senjata dalam negeri ditargetkan mencapai 10-15% dari total kebutuhan pertahanan nasional. Namun angka tersebut masih bergantung pada ketersediaan anggaran negara.
Ragam Senjata Unggulan Produksi Lokal
PT Dahana, BUMN yang bergerak di bidang produksi bahan peledak dan senjata, menjadi salah satu pelopor dalam mengembangkan peralatan pertahanan mutakhir. Beberapa produk andalannya antara lain roket dengan jangkauan hingga 100 km dan drone Kamikaze yang diklaim akurat.
Selain itu, Indonesia juga memproduksi senapan serbu ruda panggul Merapi dan bom khusus untuk pesawat tempur Sukhoi. Pengembangan senjata ini dilakukan dengan melibatkan ahli-ahli lokal melalui kerjasama dengan berbagai perguruan tinggi.
Uji mutu dan uji tembak secara rutin dilakukan untuk memastikan produk-produk pertahanan ini memenuhi standar internasional. Beberapa di antaranya bahkan sudah diekspor ke negara-negara sahabat.
Target Ekspor dan Tantangan Anggaran
Meskipun ambisi kemandirian pertahanan tinggi, realisasinya masih menghadapi sejumlah tantangan. Salah satunya adalah keterbatasan anggaran yang menurut perkiraan para analis masih belum ideal untuk mendukung produksi massal.
Di sisi lain, potensi ekspor senjata produksi dalam negeri cukup menjanjikan. Beberapa negara di Asia dan Afrika telah menyatakan ketertarikan, meski volume perdagangannya masih perlu ditingkatkan.
Komitmen pemerintah dalam meningkatkan anggaran pertahanan hingga 1,5% dari PDB diharapkan bisa mendorong percepatan produksi. Program ini juga sejalan dengan visi pemerintah dalam menciptakan lapangan kerja di sektor industri pertahanan.
Upaya penguatan industri pertahanan dalam negeri menunjukkan tekad Indonesia untuk tidak tergantung pada negara lain di tengah ketidakpastian geopolitik global. Keberhasilan program ini diharapkan dapat mendongkrak posisi tawar Indonesia sekaligus menghemat devisa negara.
Tidak ada komentar: