Kombes Polri Fadly meraih predikat Cumlaude dalam sidang doktor dengan mengupas inovasi rekrutmen proaktif Polri, menawarkan solusi modern untuk tantangan SDM kepolisian.
Gagasan Inovatif dalam Rekrutmen Polri
Disertasi berjudul 'Collaborative Innovation Management dalam Rekrutmen Proaktif Calon Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia' menjadi landasan riset Kombes Fadly. Ia menekankan perlunya pendekatan kolaboratif untuk menarik talenta terbaik.
Menurut Fadly, proses rekrutmen konvensional sudah tidak lagi memadai menghadapi dinamika masyarakat modern. Ia mengusulkan model rekrutmen proaktif yang melibatkan berbagai pemangku kepentingan.
Riset ini juga mengidentifikasi kesenjangan antara kebutuhan institusi dan ekspektasi generasi muda. Fadly menyarankan integrasi teknologi dan pendekatan personal untuk meningkatkan minat pelamar.
Dukungan Data dan Respons Positif
Data menunjukkan bahwa proses rekrutmen Polri selama lima tahun terakhir hanya menarik 1,2 juta pelamar dari target 1,8 juta. Angka ini menunjukkan perlunya strategi baru untuk meningkatkan minat masyarakat.
Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo dalam pernyataannya mendukung temuan ini, 'Inovasi rekrutmen adalah kebutuhan mendesak untuk mendapatkan SDM unggul di era digital'.
Ahli SDM dari Universitas Indonesia, Prof. Dr. Anwar Sanusi, menyatakan, 'Penelitian ini memberikan framework yang aplikatif untuk transformasi rekrutmen institusi pemerintah'.
Implikasi untuk Masa Depan Polri
Temuan Fadly diharapkan bisa menjadi acuan dalam penyusunan kebijakan rekrutmen Polri 2025-2030. Beberapa rekomendasinya termasuk penggunaan platform digital dan pendekatan berbasis komunitas.
Inovasi ini juga sejalan dengan visi Polri Modern yang digaungkan pimpinan saat ini. Pendekatan kolaboratif diharapkan bisa meningkatkan kualitas dan kuantitas pelamar.
Implementasi pilot project akan dimulai di tiga daerah percontohan pada kuartal ketiga 2025, dengan fokus pada daerah yang sebelumnya mengalami kesulitan rekrutmen.
Inovasi rekrutmen Polri karya Kombes Fadly patut diapresiasi sebagai langkah transformatif. Bagaimana pendapat Anda tentang pendekatan baru ini? Simak analisis lengkapnya di link berikut.
Tidak ada komentar: