29 Pelajar Sumedang Dikirim ke Barak Militer Usai Tawuran

Gambar Artikel

Sebanyak 29 pelajar dari dua SMK di Sumedang, Jawa Barat, diamankan polisi setelah terlibat tawuran yang mengakibatkan korban luka bacok. Delapan di antaranya ditetapkan sebagai tersangka, sementara sisanya akan menjalani pendidikan di barak militer sebagai bagian dari rehabilitasi.

Kronologi Tawuran Berdarah

Insiden tawuran terjadi di kawasan Calur Cadas Pangeran Atas, Kecamatan Pemulihan, Sumedang, pada Kamis malam lalu. Aparat Satuan Reskrim Polres Sumedang menangkap puluhan pelajar yang diduga terlibat dalam bentrokan antar-siswa dari dua SMK berbeda di Cilenye dan Sumedang.

Bentrokan yang melibatkan senjata tajam ini menyebabkan sejumlah korban luka. Polisi menemukan bukti adanya pengeroyokan yang dilakukan oleh sekelompok pelajar terhadap korban. Proses penyidikan berlangsung selama dua hari sebelum polisi menetapkan status tersangka.

Kasat Reskrim Polres Sumedang menjelaskan, dari 29 pelajar yang diamankan, 8 orang dinyatakan sebagai tersangka dengan tuduhan pelanggaran Pasal 170 KUHP dan UU Darurat. Sisanya akan menjalani program pembinaan di lingkungan militer.

Program Rehabilitasi di Barak Militer

Sebanyak 10 pelajar akan dikirim ke Dodiklat Bela Negara Rindam Siliwangi, sementara 11 orang lainnya menjalani program di Puspaga (Pusat Pembelajaran Keluarga). Kerja sama antara kepolisian, Dinas Pendidikan Jawa Barat, dan Dinas Pendidikan Kabupaten Sumedang menjadi kunci dalam penanganan kasus ini.

Orang tua salah satu pelajar mengungkapkan harapannya agar anaknya berubah setelah menjalani program ini. "Saya setuju anak saya dibina di barak militer. Ini kesempatan untuk jadi lebih baik," ujarnya. Ia juga mengaku telah mempersiapkan kebutuhan anaknya, termasuk pakaian dan alat salat.

Program pembinaan ini diharapkan dapat mengubah pola pikir pelajar yang terkena dampak pergaulan negatif. Sebelumnya, beberapa orang tua mengaku anak-anak mereka sebenarnya baik, tetapi terbawa lingkungan yang kurang sehat.

Respons Pendidikan Nasional terhadap Masalah Tawuran

Tawuran pelajar bukan kali pertama terjadi di Indonesia. Data Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mencatat setidaknya 20 kasus tawuran pelajar sepanjang 2024. Sebagian besar melibatkan senjata tajam dan berujung korban jiwa.

Psikolog Remaja, Dr. Anita Rahma, mengatakan, "Pendidikan karakter dan lingkungan yang positif menjadi faktor utama mencegah tawuran. Langkah pembinaan di lingkungan militer bisa efektif jika didukung pendekatan psikologis."

Pihak sekolah juga diminta lebih aktif memantau pola pergaulan siswa. Upaya preventif, seperti aktivitas ekstrakurikuler dan konseling, dinilai bisa mengurangi risiko kekerasan antarpelajar.

Kasus tawuran ini menjadi pengingat betapa pentingnya pendekatan holistik dalam menangani kenakalan remaja. Pendidikan militer diharapkan tidak hanya mengubah perilaku, tetapi juga membentuk karakter pelajar yang lebih disiplin dan bertanggung jawab.

Tidak ada komentar:

banner image
Diberdayakan oleh Blogger.